Apakah Anda Memiliki Naluri Cinta Alami?














Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan "Ya" atau "Tidak"

1. Apakah Anda sering mengevaluasi seberapa jauh cinta Anda kepada diri sendiri dan kepada orang-orang yang Anda rasa Anda cintai?

2. Apakah Anda menjaga hubungan baik dengan teman atau keluarga dengan mengirim surat, e-mail, SMS, atau telepon?

3. Apakah Anda cukup memberi perhatian pada orang lain dengan aktif di suatu organisasi sosial?

4. Bersediakah Anda menjadi penyantun untuk anak-anak korban bencana alam atau perang?

KLIK - Detail 5. Seringkah Anda memberi perhatian pada orang dengan memberikan hadiah?

6. Mudahkah Anda mengucapkan, "Terima kasih," pada siapa saja yang telah memberi pelayanan kepada Anda?

7. Dapatkah Anda memaafkan dan melupakan suatu perbuatan atau suatu masalah?

8. Apakah Anda mencintai lingkungan di sekitar Anda ?

9. Apakah Anda berpendapat bahwa orang yang lebih tua dari Anda membosankan?

10. Apakah anda biasa hidup di kelilingi binatang piaraan dan tanam-tanaman yang harus Anda rawat?

11. Apakah Anda menyukai film-fim di TV yang bertema cerita keluarga bahagia dan kisah cinta yang romantis?

12. Di bawah ini adalah sebuah pernyataan yang selalu ditulis oleh orang dewasa maupun anak-anak:

Bacalah kalimat ini dan pilihlah satu huruf yang Anda paling sukai dan Anda anggap yang terbaik: I LOVE YOU

NILAI & EVALUASI

Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
YA 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH ANGKA & ARTI:
80 - 120:
Pada umumnya di dalam diri Anda terdapat naluri cinta alami dan Anda peka terhadap keadaan sekeliling. Anda mempunyai perhatian pada orang lain bahkan kadang melebihi terhadap diri Anda sendiri. Anda seorang yang menyenangkan, hangat, dan banyak orang menghormati Anda.

50 - 75:
Kategori ini termasuk orang yang dingin dan kurang kasih sayang. Banyak orang berpendapat, mereka puas dengan memberikan sesuatu daripada hanya duduk di belakang dan mengharapkan sesuatu untuk diberi.

0 - 45:
Anda yang mempunyai nilai termasuk orang yang bermasalah, tidak suka bersosialisasi, dan segalanya hanya berpusat pada dirinya sendiri.

Berdasarkan tet psikologi, mereka yang mempunyai naluri cinta alami kuat memilih huruf yang "terbuka" seperti: U, V, atau Y

Sedangkan mereka yang memilih O, cenderung bersifat egois, hanya menyukai dirinya sendiri.

NILAI:
U - 11 poin
O - 5 poin
Y dan V - 3 poin
I, L, dan E - 0 poin

Kenangan

















Sejenak mari kita berjalan mundur, kembali ke 6 tahun yang lalu. Dari tahun 2004 sampai saat ini, berapa banyak kah peristiwa yang dapat tersimpan dan berkesan bagi Anda. Berapa banyak kenangan yang tersimpan di album hati Anda?

Ok, kita tutup lembaran lama itu. Tidak baik berlama-lama dimasa lalu. Karena waktu geraknya selalu maju.

Sepuluh tahun dari sekarang. Apa yang akan anda ingat tentang HARI INI…? Apakah pakaian yang anda pakai, atau yang anda santap saat makan siang, atau yang anda tonton nanti malam? Mungkin tidak satupun dari itu.

Adakah sesuatu dari HARI INI yang akan anda ingat? ataukah semuanya hanya akan jadi rangkaian kabur deretan hari setelah satu dua minggu seperti deretan tahun-tahun yang lalu.

Pikirkan hal-hal yang dapat anda kerjakan SEKARANG, sehingga anda dapat memiliki kenangan akan HARI INI. Hal yang anda akan ingat dengan bangga karena anda telah mengerjakannya.

Ada orang yang dengan mereka anda bisa mencapai sesuatu.
Ada tujuan yang bisa anda rintis hari ini.
Ada masalah yang bisa anda selesaikan hari ini.
Ada kebaikan yang anda bisa berikan pada orang lain hari ini
Ada hal baru yang bisa anda pelajari hari ini.
Ada kesempatan yang dapat anda nikmati hari ini.

Apakah anda akan mengingat hari ini, dalam sepuluh tahun ke depan..? Mungkin tidak. Tetapi bayangkan betapa berartinya hidup anda, bila anda mencoba membuat setiap hari anda memiliki suatu kenangan.

Semoga sukses bersama saya dan Anda…. Amin

Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Hubungan pemimpin dan kekuasaan adalah ibarat gula dengan manisnya, ibarat garam dengan asinnya. Dua-duanya tak terpisahkan. Kepemimpinan yang efektif (effective leadership) terealisasi pada saat seorang pemimpin dengan kekuasaannya mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Ketika kekuasaan ternyata bisa timbul tidak hanya dari satu sumber, kepemimpinan yang efektif bisa dianalogikan sebagai movement untuk memanfaatkan genesis (asal usul) kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat.

Refleksi dari kepemimpinan yang efektif, bertanggungjawab, dan terbalutnya hubungan sinergis antara pemimpin dengan yang dipimpin, adalah makna filosofis dari nasehat Rasulullah SAW: “Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap pimpinannya, seorang Amir (kepala negara) adalah pemimpin dan ia bertanggungjawab terhadap rakyatnya ….” (HR Bukhari & Muslim)

Genesis kekuasaan, atau dalam terminologi lain: “jenis-jenis kekuasaan (types of power)” (Robbins-1991), atau “basis-basis kekuasaan sosial (the bases of social power)” (French-1960), pada hakekatnya teridentifikasi dari lima hal: legitimate power, coercive power, reward power, expert power, dan referent power.

Legitimate Power (kekuasaan sah), yakni kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau lembaga. Kekuasaan yang memberi otoritas atau wewenang (authority) kepada seorang pemimpin untuk memberi perintah, yang harus didengar dan dipatuhi oleh anak buahnya. Bisa berupa kekuasaan seorang jenderal terhadap para prajuritnya, seorang kepala sekolah terhadap guru-guru yang dipimpinnya, ataupun seorang pemimpin perusahaan terhadap karyawannya.

Coercive Power (kekuasaan paksa), yakni kekuasaan yang didasari karena kemampuan seorang pemimpin untuk memberi hukuman dan melakukan pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak mematuhinya, akan ada efek negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak adalah yang bisa menggunakan kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan arahan yang positif kepada anak buah. Bukan hanya karena rasa senang-tidak senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya.

Reward Power (kekuasaan penghargaan), adalah kekuasaan untuk memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tentu hal ini bisa terlaksana dalam konteks bahwa sang pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahannya. Penghargaan bisa berupa pemberian hak otonomi atas suatu wilayah yang berprestasi, promosi jabatan, uang, pekerjaan yang lebih menantang, dsb.

Expert Power (kekuasaan kepakaran), yakni kekuasaan yang berdasarkan karena kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu, sehingga menyebabkan sang bawahan patuh karena percaya bahwa pemimpin mempunyai pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan teknikal. Kekuasaan ini akan terus berjalan dalam kerangka sang pengikut memerlukan kepakarannya, dan akan hilang apabila sudah tidak memerlukannya. Kekuasaan kepakaran bisa terus eksis apabila ditunjang oleh referent power atau legitimate power.

Referent Power (kekuasaan rujukan) adalah kekuasaan yang timbul karena karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang menarik. Logika sederhana dari jenis kekuasaan ini adalah, apabila saya mengagumi dan memuja anda, maka anda dapat berkuasa atas saya.

Seorang pemimpin yang memiliki jiwa leadership adalah pemimpin yang dengan terampil mampu melakukan kombinasi dan improvisasi dalam menggunakan genesis kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. Inilah yang disebut penulis dalam kalimat sebelumnya sebagai kepemimpinan yang efektif (effective leadership), dimana implementasinya adalah dengan “memanfaatkan genesis kekuasaan, dan menerapkannya pada tempat yang tepat”.

Dan marilah kita saksikan bagaimana khalifah Abu Bakar Asshidiq, menggunakan legitimate power yang dimilikinya untuk memerintahkan Usamah bin Zaid meneruskan rencana memimpin pengiriman tentara ke Syria, di sisi lain menggunakan referent power untuk meminta ijin Usamah bin Zaid agar meninggalkan Umar Bin Khattab di Madinah. Dan dalam keadaan yang berbeda, beliau memakai expert power ketika menolak permintaan Fathimah (putri Rasulullah) dengan landasan hukum fiqih dan hadits shahih, berkenaan dengan masalah harta warisan setelah Rasulullah SAW wafat.

Adalah Umar bin Abdul Aziz yang telah berhasil menggunakan coercive powernya ketika menjabat sebagai gubernur wilayah Hejaz, untuk tidak memperbolehkan Hajjaj bin Yusuf Atssaqafi (penguasa Iraq yang dhalim) melewati kota Madinah. Meskipun secara kedudukan Hajjaj memiliki tempat istimewa di hati penguasa Daulat Bani Umaiyah. Dan dengan kekuatan referent power dan reward power yang dimilikinya, Umar bin Abdul Aziz telah berhasil menyatukan kelompok-kelompok Qeisiyah, Yamaniah, Khawarij, Syiah, Mutazilah, yang secara terus menerus bertikai pada masa itu. Juga berhasil mengumpulkan ulama-ulama yang shaleh dan terkemuka yang sebelumnya telah mengasingkan diri, menjauhkan diri dari kekuasaan karena kerusakan moral kekhalifahan Bani Umayah sebelumnya. Para ulama justru mendatangi Umar bin Abdul Aziz, duduk bersama untuk memecahkan masalah umat.

Merindukan pemimpin republik yang tidak hanya pandai menggunakan coercive power dan legitimate power dalam memimpin republik. Tapi juga dengan bijak dan cerdik menggunakan expert power, referent power, ataupun reward power dalam mempersatukan seluruh anak negeri, dan mengangkat republik dari keterpurukan.


Mencintai dan dicintai adalah hal yang diinginkan oleh setiap orang. Cinta antara orang tua dan anaknya, suami dengan istri, kakak dengan adik atau antara sesama manusia. Tak jarang beberapa benda-benda kesayang pun tak luput dari cinta kita, seperti mobil, baju, hp, komputer,dll. Semuanya manusiawi.

Namun kita perlu waspada ketika cinta kita kepada anak, istri, suami, kakak, adik dan orang tua bahkan harta benda telah membuat kita jauh atau bahkan lupa kepada Sang pemilik Cinta yang hakiki.

Saat kita menikah, kita telah dianggap telah melaksanakan 1/2 dari agama. Artinya yang setengahnya lagi harus kita gapai bersama pasangan didalam mahligai rumah tangga. Idealnya, setelah menikah harusnya kualitas keimanan dan ibadah suami istri semakin meningkat dibandingkan saat sebelum menikah. Kalau dulu waktu masih singgle sholat fardhu sendiri, setelah menikah bisa berjama’ah bersama istri atau suami. Waktu masih sendiri susah sekali bangun malam untuk menjalankan sholat tahajud, setelah menikah ada suami atau istri yang akan membangunkan kita untuk mengajak tahajud bersama. Intinya yang dulu biasa dilakukan sendiri kini bisa dilakukan bersama dan tentunya ada yang berperan sebagai pengontrol atau pembimbing mungkin suami sebagai qowwam akan lebih berperan dalam membimbing istrinya dalam hal peningkatan kualitas ibadahnya. Mulai dari sholat bareng, tilawah bareng atau mengkaji al qur’an dan hadist bareng. Harapannya dengan menikah maka makin terbentang luas ladang amal bagi kita, sehingga istilah menggenapkan dien untuk pernikahan itu benar adanya.

Namun tak jarang pula, saat kita mencitai makhluk atau benda membuat kita jauh atau bahkan melupakan Dia sang pemilik cinta. Misalnya, saat sebelum menikah sangat aktif dalam majelis dakwah, sholat selalu tepat waktu, tilawah setiap abis sholat magrib, tahajud pun tidak ketinggalan dan bahkan puasa sunnah senin kamis pun masih rajin dilakukan. Namun keadaan menjadi terbalik setelah menikah, sholat jadi sering telat, puasa sunah sudah jarang dilakukan, tilawah hampir tidak pernah lagi apalagi bangun tengan malam untuk tahajud.

Powered by Blogger